Kelompok 4 :
Andi Abizar G
18112197
Bani Buchari S
11112365
Efraim Julian R
12112372
Heru Liberty
13112451
Mesah Dikaprius R
14112555
M. Rezka Pandega
15112045
Rima Tiara Andini
16112387
Shella Rasita Febriani
16112975
Kelas 2KA20
Universitas Gunadarma
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah
Softskill tentang Komunikasi Dalam Organisasi. Atas nikmat yang diberikan pula
kita dapat mempelajari dan mengetahui ilmu yang belum kita ketahui. Kami
berterimakasih kepada Bu Ira Phajar Lestari sebagai Dosen Softskill yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang
melihat dan membacanya. Serta dapat berguna dalam menambah pengetahuan dan
wawasan, khususnya dalam Komunikasi dalam
Beroganisasi. Kami menyadari sepenuhnya mungkin tugas makalah ini jauh
dari kata sempurna, masih mempunyai banyak kekurangan, untuk itu kami sangat
menerima kritikan serta saran, demi perbaikan dimasa yang akan datang serta
sebagai sarana untuk membangun suatu kesempurnaan.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa menjadi sesuatu yang
sangat bermanfaat dan berguna bagi orang –orang yang membacanya maupun kami
sendiri yang membuatnya. Kami selaku penyusun makalah ini, memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dimasa yang akan datang.
Jakarta , 11 Oktober 2013
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya
kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu
komunikasi dan organisasi. Komunikasi
berasal dari bahasa latin “communis” atau “common” dalam bahasa Inggris yang berarti
sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna,
“commonness”. Atau dengan ungkapan yang
lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap
kita dengan partisipan lainnya. Kendala
utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda
terhadap lambang yang sama
Sedangkan organisasi berasal dari bahasa Inggris
“organization” yang artinya adalah sekelompok manusia yang berkumpul untuk
memenuhi tujuan dari kelompok maupun individual. Setiap organisasi pasti
mempunyai tujuan. Ada 2 tipe organisasi yaitu organisasi formal dan organisasi
informal. Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk dengan keanggotaan
yang jelas, tujuan yang jelas, tanggung jawab antar kelompok yang jelas, dan
pengrekrutan kelompok yang jelas, contoh organisasi formal di dalam lingkungan
universitas Gunadarma adalah Badan Eksekutif Mahasiswa atau yang disingkat
dengan BEM. Adapun organisasi yang informal yaitu organisasi yang hanya
bersifat sementara dan tidak mempunyai tujuan yang real, contohnya makan malam
sesama anak sistem informasi.
Manusia adalah mahkluk monodualisme yaitu manusia sebagai
mahkluk individu dan mahkluk sosial. Karena manusia adalah mahkluk sosial, manusia pasti membutuhkan manusia lainnya
untuk bersosialisasi dan berinteraksi sebagai kelompok ataupun sebagai
masyarakat. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi
manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan
masyarakat. Di dalam kelompok atau organisasi itu selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok
karena bila tidak ada pemimpin maka tidak ada yang dapat mengatur kelompok atau
organisasi tersebut. Biasanya, suatu kelompok terdiri dari pemimpin, dan
anggota kelompok. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications
atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan
adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial atau kebudayaan.
Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan
masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat
memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu
organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi
perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan
utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam
organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut
Onong Uchyana Effendi dalam bukunya yang berjudul “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50,
komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam
usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan
pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang
ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas.
Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti
komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media
massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan
Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam
komunikasi:
1. Model komunikasi
linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu
stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi
dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model komunikasi
interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah
terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua
arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti
pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak
sebagai komunikan.
3. Model komunikasi
transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks
hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan
bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat
dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa
organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu
hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang
ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat
digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang
memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi
yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah
institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan
yang menjadi tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi
sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang
komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia
(human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber,
komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan
yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages
within a network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi
dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut
mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas.
Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya yang berjudul “Understanding Human Communication”, mencoba
menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut
sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari
atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job
instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas
perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih
baik.
2. Upward
communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi
arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun
tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan
pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
maupun pekerjaannya.
3. Horizontal
communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan
ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi
tugas
b) Upaya pemecahan
masalah
c) Saling berbagi
informasi
d) Upaya pemecahan
konflik
e) Membina hubungan
melalui kegiatan bersama.
Proses Komunikasi
. Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan
disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran),
kemudian diterima oleh penerima.
Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau
memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
Perspektif Kognitif.
Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols)
untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau
kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta,
opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan
kata-kata atau lambang lainnya. Jika
pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi
yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah
terjadi.
Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif
perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana
sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance
menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang
verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk
memperoleh respons. Kedua pengertian
komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara
sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua
perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu
organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan
kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis
karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima
(receiver). Satu respons khusus
diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang
disampaikannya. Ketika satu pesan
mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang
disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi
antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut:
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu
ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok
lain, sebagai berikut:
Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu
penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk
dikomunikasikan. Ideation ini merupakan
landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding,
yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda
atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan
mempunyai efek terhadap orang lain.
Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan
gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal
seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian
pesan yang telah disandi (encode).
Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara,
menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal
istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu
pesan. Saluran untuk komunikasi lisan
adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis
meliputi setiap materi yang tertulis
ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti:
televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran
komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada
penerima seperti yang dikehendaki.
Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima
pesan. Jika pesan itu bersifat lisan,
maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima
tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang.
Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan
penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci
untuk melakukan decoding dan hanya
terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya
penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana
pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau
umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah
disampaikannya kepada penerima. Respons
atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat
berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut
ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah
yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial
maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan
melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi (information-processing system).
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi
yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua
orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan
sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan
yang berlaku dalam suatu organisasi.
Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Disamping itu mereka juga
mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam
struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of
authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap
bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.
Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin
sekaligus sebagai pribadi.
Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
Berkaitan dengan
pesan atau message. Pesan-pesan
regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan
yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan
pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu
organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan
gagasan. Sementara pada pengaruh
kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang
digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba
mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk
memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam
organisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan
bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style)
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi
yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal
behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan
perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan
tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada
maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb:
1. The
Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai
dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication
ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka
untuk berharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut
digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan
negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan
untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini,
tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada
usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini
sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara
efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik.
Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak
jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan yang negatif pula.
2. The
Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan
kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of
communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan
secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang
rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi
serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks
pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.
The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan
yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula
yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para
anggota dalam suatu organisasi.
3. The
Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan
pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang
harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur
organisasi. Pengirim pesan (sender)
lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan
berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur
yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of
Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang
mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa
pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu
merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi,
kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
muncul.
4. The Dynamic
style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan
agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat
dan lebih baik. Gaya komunikasi ini
cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat
kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan
yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The
Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk
menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika
pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab
atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal
style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya
tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai
gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan
ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang
mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba
melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai
dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah
bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang
ideal. Sementara tiga gaya komunikasi
lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara
strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling
dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi
yang bermanfaat
Hambatan Komunikasi dalam Organisasi Secara Efektif
Walau
komunikasi biasanya bersifat untuk memberi informasi atau berbincang demi
menjaga harmonis organisasi, tetapi komunikasi bisa saja mempunyai hambatan
yang membuat organisasi tidak berjalan secara efektif, diantaranya adalah :
1. Filtering,
yaitu pengirim pesan memanipulasi informasi sehingga informasi tersebut
seakan-akan terlihat menguntungkan.
2. Selective
perception, yaitu penerima pesan dalam proses komunikasi secara selektif
melihat dan mendengar pesan tersebut berdasarkan kebutuhan, motivasi,
pengalaman, dan berbagai karakteristik pribadinya.
3. Information
overload, yaitu informasi yang kita terima melebihi kapasitas kita dalam
memproses/mengolah informasi tersebut.
4. Emotions,
yaitu interpretasi yang berbeda terhadap informasi saat kita sedang sedih
dengan saat kita merasa senang.
5. Language atau
bahasa, yaitu ketidakpahaman terhadap bahasa atau istilah-istilah tertentu
antara satu orang dengan yang lain.
6. Silence, yaitu
tidak adanya komunikasi
7. Communcation apprehention, yaitu
ketakutan/kecemasan seseorang untuk berkomunikasi
8. Lying, atau
berbohong.
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Adapun
cara-cara yang efektif supaya tidak terjadinya hambatan komunikasi dalam
organisasi yaitu :
1. Membuat suatu
pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan komunikasi serta
komunikan yang akan dituju.
2. Meminimalkan
gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus berusaha dapat membuat
komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga
penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3. Mempermudah
upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, cara dan waktu
penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar mengahasilkan
umpan balik dari komunikan sesuai harapan.
A. Kesimpulan
Manusia merupakann mahkluk mondualisme yaitu manusia sebagai
mahkluk individu dan mahkluk sosial. Dengan kordatnya sebagai mahkluk sosial,
maka manusia pasti membutuhkan manusia lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi baik kepada individu lain maupun kepada suatu kelompok atau
organisasi.. Dalam menjalankan sosialisasinya manusia membutuhkan komunikasi
yang baik dan benar, komunikasi
merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu kesamaan makna maupun tujuan. Manusia yang berkumpul dan
berkelompok untuk memenuhi suatu tujuan yang sama dari kelompok maupun individu disebut sebagai
Organisasi. Organisasi pada umunya terdiri dari pimpinan serta para anggota
organisasi. Suatu organisasi akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan
apabila komunikasi pada setiap anggota ini dapat berjalan dengan semestinya.
Tidak hanya setiap anggota saja akan tetapi pemimpin suatu kelompok berkewajiban untuk selalu menjaga komunikasi
dengan bawahannya. Komunikasi dapat diterapkan dan berjalan dengan baik dalam
suatu organisasi apabila pemimpin suatu organisasi bisa dan mau mendengar
saran, insfirasi dan pendapat dari anggota kelompok, saling tukar informasi
sebih banyak lebih baik serta tepat waktu, kepercayaan bawahan terhadap atasan
sebagai seorang pemimpin maupun seorang pribadi, bawahan maupun anggota
membutuhkan kepastian peraturan –peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidak boleh untuk dilaksanakan, seorang pemimpin tidak harus memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya terhadap bawahannya, serta setiap organisasi harus
menyediakan saluran komunikasi. Apabila semua kontek diatas terpenuhi maka
komunikasi dalam organisasi akan berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
B. Saran
Kita sebagai mahkluk sosial harus bisa berkomunikasi baik
antar individu atau antar kelompok individu. Belajar berkomunikasi dalam suatu
organisasi sangatlah penting. Kita sebagai pelajar atau mahasiswa wajib belajar
berkomunikasi yang baik dan benar karena kalau tidak dimulai dari sekarang akan
mengalami banyak kerugian di masa yang akan datang. Diharapkan pelajaran
komunikasi tidak hanya dipelajari di luar kelas saja tetapi masuk ke pelajaran
formal, supaya nantinya dalam terjun ke masyarakat, pemerintahan, dan dunia
kerja kita sudah mempunyai skill dimana kita bisa berkomunikasi secara baik dan
benar.
Daftar Pustaka
Mulyana. 2008. Teori Komunikasi-modul.
Thoha, Miftah.1996.
Perilaku Organisasi.
E. Onong Uchyana.2001. Dimensi-Dimensi Komunikasi.
Ronald Adler dan George Rodman.1997. Understanding Human
Communication.
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss. 1994. Human Communication.
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_sosial#Organisasi_Formal_Resmi
http://www.manajemenperusahaan.com/komunikasi-dalam-organisasi/#sthash.bD2jbKKg.dpbs
Terimaksih atas infonya Gan. Sangat membantu. baru belajar ni..
ReplyDeleteSalam Kami http://www.cyberdetik.com