Berhubung saya salah satu pengguna mobile chat, saya jadi tertarik mencari tau bagaimana pembuat aplikasi tersebut meraih penghasilannya. Mengapa?karna saya berfikir, kita dapat mendownload aplikasi tersebut secara gratis dan dari mana mereka dapat untung? setelah cari tau diinternet akhirnya saya jadi tau jawabannya. Berikut ini ulasannya.
Apakah Anda pengguna mobile chat juga? Pengguna smartphone
seperti BlackBerry sudah pasti aktif menggunakan aplikasi chat-nya yang sangat
populer, BBM. BBM adalah salah satu dari sekian banyak aplikasi mobile chat
yang bermunculan akhir-akhir ini. Lihat saja iklan internet dan TV, nama-nama
aneh mulai dikenal orang, contoh KakaoTalk, WeChat, Whatsapp, atau Line dan
masih banyak lagi.
Yang mengherankan, aplikasi ini dengan cepat bisa
mendapatkan jutaan pengguna, bahkan banyak orang menggunakan lebih dari DUA aplikasi
chat. Mengapa begitu banyak perusahaan berlomba-lomba mengembangkan aplikasi
chat? Apakah model bisnisnya dan bagaimana mereka bisa mendapatkan penghasilan
dari chat yang serba gratis?
Menurut beberapa survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga
riset internasional, peringkat pertama penggunaan smartphone adalah untuk chat,
peringkat kedua untuk akses internet dan baru kemudian untuk telepon. Telepon
sudah bukan kepentingan utama, kebanyakan hanya dipakai apabila ada hal-hal
yang sangat penting atau yang sulit dijelaskan dengan bahasa tulisan. Mungkin
waktunya ganti nama dari telephone menjadi telechat.
Kebiasaan baru ini memberikan peluang bagi perusahaan online
untuk memasarkan aplikasi chat. Dulu chat dilakukan melalui SMS yang bertarif Rp
300 per pesan yang dikirim, tetapi sekarang meterannya sudah beda, tidak lagi
per pesan yang dikirim, melainkan dihitung berdasarkan jumlah transfer data
yang dipakai. Bahkan di BlackBerry, chat sudah dianggap gratis karena sudah
termasuk paket abonemen bulanan.
Di sini ada peluang bagi perusahaan pembuat aplikasi chat
untuk melakukan negosiasi dengan operator seluler, yaitu dengan meminta bagian
dari pembayaran data yang dipakai oleh pengguna smartphone. Setiap chat yang
dikirim atau diterima dikenakan biaya data/internet yang dihitung per KB, biaya
inilah yang diminta untuk dibagi antara operator seluler seperti Telkomsel,
Indosat, XL dengan pembuat aplikasi chat.
Tapi tidak semua aplikasi mobile chat meminta bagian
keuntungan dari biaya pemakaian internet, tentunya tergantung seberapa populer
layanan chat tersebut.
Whatsapp mempunyai pendekatan yang beda dengan aplikasi
mobile chat lain. Aplikasi ini berbayar. Harganya USD 0,99 per nomor telepon,
per tahun atau sekitar Rp 11.000 untuk pemakaian setahun dengan catatan Anda
tidak ganti nomor telepon. Jika Anda merasa tidak pernah bayar untuk
menggunakan Whatsapp, hal itu karena di tahun pertama apps tersebut masih
gratis, baru di tahun kedua akan dikenakan biaya.
Saat ini Whatsapp mengklaim ada 300 juta pengguna aktif,
berarti mereka mempunyai peluang mendapatkan penghasilan setahun USD 300 juta
atau setara dengan Rp 3 triliun. Perusahaan ini menjanjikan bahwa mereka tidak
akan pernah menampilkan iklan di dalam aplikasi mereka, karena user sudah bayar
untuk menggunakan Whatsapp.
Lain halnya dengan Line buatan Naver Corporation Korea yang
dominan di Jepang. Line mendapatkan penghasilan dari jualan digital goodies,
seperti stiker mereka yang digemari usernya di Indonesia. Stiker tersebut
banyak yang disediakan gratis, tetapi ada yang premium dengan harga mulai dari
Rp 15.000. Selain itu Line juga memperoleh penghasilan dari LINE Games yang
menjual konsep freemium yaitu semua serba gratis tapi ada bagian yang berbayar.
Line juga menyediakan layanan video call yaitu telepon dengan tatap muka,
tetapi tidak menggunakan jalur telepon melainkan memakai jalur data, yang
berarti lebih banyak kuota data yang akan terpakai. Ini memberikan peluang
untuk mendapatkan penghasilan dari pembagian biaya data dari operator seluler.
Aplikasi Line gratis untuk di-download dan dapat digunakan tanpa dikenakan
biaya selain biaya data/internet dari operator seluler.
Naver perusahaan pencipta Line sukses di Jepang, tapi kalah
telak di negaranya sendiri oleh KakaoTalk yang saat ini adalah aplikasi mobile
chat nomor satu di Korea Selatan. Kakao Corp mengklaim perusahaannya sudah
mencapai BEP (Break Even Point) dan sudah mendapatkan keuntungan dari bisnis
mobile chat mereka. Bisnisnya menjual freemium mobile game seperti halnya Line
dan jualan emoticon/emoji. Selain itu Kakao juga menggali potensi mobile
commerce yaitu pembelian barang di mobile, seperti contohnya: gift cards dan
kupon diskon. Mobile commerce akan menjadi satu peluang bisnis besar karena
trend user untuk membeli barang di toko online semakin hari semakin naik.
Kelihatannya selain model bisnis yang ada di atas, masih ada
peluang untuk mendapatkan keuntungan besar di bisnis mobile chat ini, yang
jelas akan besar adalah dari mobile advertising. Jumlah user yang sangat besar
disertai dengan banyaknya waktu yang dihabiskan user untuk chatting akan
menarik perhatian pemilik brands untuk mengiklankan produknya.
Usaha online adalah usaha burung walet, semakin banyak
burungnya semakin besar keuntungan dari liurnya. Di bisnis online, semakin
banyak usernya, semakin banyak keuntungan yang bisa didapat. Bedanya kalau
walet berliur sendiri, tetapi pengusaha online harus kreatif memikirkan apa
yang bisa jadi penghasilan.
Let's be smart as the smart ones survive.
No comments:
Post a Comment